Jumat, 18 Maret 2011

Dampak Tsunami Jepang

Tiga Tahun Perekonomian Terpuruk
Hapra Indonesia - Pada tanggal 11 Maret 1966 Presiden Republik Indonesia Ir Soekarno menandatanani Supersemar (Surat Perintah 11 Maret) dan sampai saat ini masih kontrofersial soal dimana Supersemar yang asli tersebut berada.
Saat itu Presiden Soekarno mengadakan sidang pelantikan Kabinet Dwikora yang disempurnakan dan dikenal dengan nama "kabinet 100 menteri". Pada saat sidang dimulai, Brigadir Jendral Sabur sebagai panglima pasukan pengawal presiden' Tjakrabirawa.
Saat itu Sabur melaporkan bahwa banyak "pasukan liar" atau "pasukan tak dikenal" yang belakangan diketahui adalah Pasukan Kostrad dibawah pimpinan Mayor Jendral Kemal Idris yang bertugas menahan orang-orang yang berada di Kabinet yang diduga terlibat G-30-S. 
Keberadaan PKI, menjadi momok dan berapa jumlah korban akibat munculnya PKI saat itu sehingga partai tersebut harus dibubarkan dan dilarang keberadaannya di Indonesia. 'Cap PKI' menjadikan trauma sepanjang masa.
Korban pembantaian saat itu jika dihitung secara menyeluruh, maka bisa ratusan ribu warga meninggal. Sedang beberapa waktu lalu, pada tanggal dan bulan yang sama, di Jepang yang pernah menjajah Indonesia 'Seumur Jagung' digulung badai dan memakan korban.
Sekitar pukul 14.46 waktu setempat daratan negeri Mata Hari Terbit itu digoncang gempa berkekuatan 8,9 pada Skala Richter (SR) dan memicu datangnya bencana tsunami. 
Dalam sekejab harta benda berupa bangunan beserta isinya, sarana transportasi dan semua yang berada jangkauan tsunai digelontor henhadi hancur lebur disusul jatuhkan korban nyawa. Tsunami telah memberangus.
Akibat badai tsunami di Jepang, akan menjadikan bencana susulan yang akan menggoncang permukaan bumi, khususnya Asia dan Indonesia sangat merasakan imbasnya. Bencana susulan tersebut berupa carut mawutnya perekonomian.
Beberapa pemperhati dunia ekonomi mengatakan bahwa akibat tsunami Jepang, roda perekonomian terpuruk dan sedikitnya tiga tahun kedepan baru bisa dipulihkan. Lapangan kerja bakal banyak yang gulung tikar karena perputaran dana macet akibat bencana.
Seperti info yang diperoleh media ini. Beberapa pengusaha pasir besi di kawasan seputar Kediri kelabakan dan kondisinya sangat kritis, dana milyaran dari penjualan pasir besi ke Jepang tak bisa dipastikan kapan diperoleh. Bahkan mungkin bakal gigit jari.
Sementara itu, dari sektor otomotif dan elektronik ber label Jepang, Beberapa merek dadang yang produknya laris manis di Indonesia, sangat menghantui para distributor atau kepanjangan perusahaan asal Jepang tersebut.
Babak belur dunia industri dan yang terkait dari Jepang dan beredar luas selama masa krisis yang bisa memakan waktu sedikitnya diperkirakan tiga tahun tak menutup kemungkinan muncul 'moneter jilid yang kesekian' Sementara itu pruduk industri asal Cina bisa menggantikan keperadaan produk Jepang.
Kondisi demikian, saat ini Indonesia yang kebanjiran produk asal Cina akan semakin membludak jumlahnya. Ini bisa dikatakan Bendana tsunami Jepang membuka pintu gerbang bisnis negeri Cina semakin jaya.

Bendera Putih Untuk Perekonomian
Badai tsunami Jepang (disusul Irian Jaya) merupakan tantangan berat pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) jilid dua ini. Betapa tidak, mau tidak mau nasip warga Irian Jaya yang ditimpa tsunami harus segera dipulihkan.
Sementara itu beberapa bidang industri melangami kerapuhan, khususnya suku cadang otomotif dan elektronik maupun bahan tambang yang selama ini bermitra dengan rekanan dari Jepang nasipnya semakin tak menentu. 
Sehingga ancaman PHK untuk kali kesekian akan kembali terjadi dan mendapat 'bumbu' berupa demo digelar dimana-mana yang tak menutup kemungkinan akan menjadi sarana penyaluran 'perang politik' menyambut Pil Pres mendatang maupun pemilihan kepala daerah dan kalangan dewan. 
Moment kehancuran perekonomian yang mungkin bakal melanda Indonesia sedikitnya tiga tahun sejak saat ini, klop sudah dengan pesta demokrasi yang tiga tahun kedepan bakal ramai digelar. Siapa yang memanfaatkan dan apa yang terjadi tentunya menjadi PR Kepolisian RI untuk melakukan antisipasi meredam gejolak dari bara sekam yang saat ini siap menyala.
Belum lama ini, Menteri Keuangan RI Agus Martowardojo juga cemas, Martowardoyo menghawatirkan keberadaan perekonomian Jepang akibat bencana alam tsunami yang sedang melemah, sehingga membuat lembaga pemeringkat Moody's menurunkan peringkat utang menjadi negatif. Ini dapat mengakibatkan pemulihan negara tersebut berlangsung lambat. 
Martowardojo mengatakan "Jepang itu butuh dana untuk rekonstruksi dan rehabilitasi, itu kita paham. Tapi, kita juga tahu kondisi Jepang itu peringkatnya kan baru diturunkan satu atau dua bulan terakhir ini," ujarnya.
Ditulis oleh : Bambang.WS (Dari berbagai sumber).

Info Pilihan

  © HAPRA INDONESIA Media Group ...Berani.Cerdas . Realistis

Ke : HALAMAN UTAMA